Siang semuaaa..., lanjut lagi yaa cerita waktu membuat kebun nyempilnya Yume.



Mulai Project

Start awal pembuatan kebun nyempilnya YUME dimulai dari sejak menggambar rancangannya pada suatu siang di akhir Agustus 2020 atau hampir sebulan setelah memutuskan meninggalkan kehidupan yang nyaman sebagai redaktur finansial sebuah media bisnis dan ekonomi kenamaan dunia yang berbasis di seputaran Sudirman, Jakarta Pusat. (Singkat cerita)

Ternyata coretan desain di atas kertas itu enggak bisa langsung dikerjakan, karena tukang yang diharapkan masih sibuk mengerjakan proyek di tempat tetangga. 

Yup, betul sekali, tukang yang diincar ini memang laris manis di komplek rumah asalnya Yume. Namanya Mang Didin. Terkenal seantero pertetanggan. Bukannya yang bersangkutan yang nyari kerjaan, justru orang-orang yang mau pakai jasanya yang harus rela antri menunggu giliran. Wkwkwk.

Dan untuk kali ini, mau enggak mau Yume harus bersabar nunggu dua tetangga lain yang sudah lebih dulu nge-bid jasanya Mang Didin. 

Tetapi hidup selalu punya cerita. Kisah sedih kadang enggak dapat kita tolak. Dan kita, sebagai manusia mau enggak mau harus mau menerima takdir yang sudah digariskan kehidupan. Pas ketika Mang Didin sedang bekerja di tetangga depan, sang istri meninggal dunia. 

Pekerjaan di rumah tetangga pun distop untuk beberapa hari. Dan kita, sebagai yang menunggu antrian selanjutnya untuk memakai jasa Mang Didin pun harus semakin sabar menunggu, sambil merasa prihatin dengan kondisi yang menimpa beliau.

Singkat cerita, Jumat tanggal 25 September 2020, Mang Didin yang sudah selesai dengan proyek-nya di rumah tetangga, datang ke rumah untuk bilang bahwa dia sudah siap untuk mulai bekerja. So, Sabtu (26/9/2020), hari perdana pekerjaan membangun 'mini garden'-nya YUME pun dimulai. 

Mang Didin datang membawa ladennya yang bernama Mang Cecep. Kata Mang Didin sih, Mang Cecep ini pernah kerja di taman a.k.a tukang tanaman, so cocok banget untuk jadi ladennya tuk bikin taman belakang rumah.

Mulailah kami membersihkan belukar. Mengukur-ngukur kebutuhan. Belanja ini dan itu. Dan, start

Langkah pertama, ngosongin 'bak' kering di belakang. Bak yang usianya udah puluhan tahun seusia rumah, Isinya: bebatuan segede-gede gambreng dan buanyak. Juga pasir, semak-semak dan sarang binatang-binatang mini. 

Ini bak ada rekam sejarahnya, yang panjang (dan kocak), sepanjang umur rumah ini yang proses pembangunnya juga makan waktu lumayan lama. Tapi soal itu enggak akan dibahas di sini. Next saja kalau masih ada kesempatannya. Di tulisan ini cuman pengen cerita proses pembangunan kebun kecil nyempil-nya Yume.

Alur pengerjaan dibagi menjadi dua. Kenapa dibagi dua begitu? Supaya memudahkan saja sih, dan konsentrasi kami dalam bekerja juga menjadi terarah

Pemisahnya adalah garis imajiner yang mewujud pada jalur setapak di bagian tengah taman yang memanjang dari selatan menuju utara. 

Pertama, di sisi bagian timur. Bagian ini akan mencakup saung/pergola, kolam kecil dan halaman rumput. 

Kedua, di sisi bagian barat, diisi oleh beding-beding tanaman dengan bukit mini di bagian ujung. Ditambah, bagian dinding sisi barat yang diperkaya dengan beding-beding gantung.


Sisi Timur

Ada tiga poin utama di bagian ini: saung/pergola, kolam kecil dan halaman rumput.  

Saung, pergola, atau biar gayaan dikit boleh lah ya disebut studio terbuka (:p, memang diniatkan jadi focus point keseluruhan kebun mini ini. Pengennya se-simple-natural-aesthetic-yet-functionated mungkin. Nah, turunannya adalah memaksimalkan bahan-bahan yang memang sudah ada. 

Untuk pergolanya, misalnya. Bertempat di lokasi yang memang sudah ada bekas 'bak' besar yang dah lama banget nganggur dan jadi tempat tumpukan batu, dan sarang-sarang makhluk macam-macam. Itu dibersihkan, batu-batu besar segede gaban (juga peninggalan masa lalu) dikeluarkan, lalu bagian-bagian tembok yang terkelupas diaci ulang, dan ini dan itu. 

Naik ke atas, untuk bagian tiang dan atap pergola, kami gunakan kayu-kayu yang ada, warisan koleksi dari almarhum papa yang memang suka banget bikin ini itu dari kayu, jadi yaaa koleksi bahan mentahnya masih ada beberapa tersimpan selama bertahun.

Untuk bikin studio terbuka yang jadi focus point ini, bahan-bahan yang dibeli cuma semen untuk menambal bagian tembok yang rusak dan membuat dudukan letter U sekeliling pergola dan meja bar-nya, juga fiber untuk menjadi penutup atap. Selebihnya, murni re-use bahan-bahan yang sudah ada.

Pun saat membuat kolam kecil dengan aplikasi aliran air dari tepi dinding bagian atas, di bagian depan pergula. Konsepnya tentu saja, natural minimalis. Simpel dan menyatu dengan alam sekitarnya. Untuk aplikasi penghias dinding kolam, kami manfaatkan aplikasi bebatuan yang selama ini teronggok di 'bak' belakang, menggunakan lempengan kaca yang terlihat teronggok juga, dan keramik sisa-sisa pembangunan rumah. Ga disangka, ternyata dari bahan-bahan re-use itu, hasilnya bisa cantik dan menarik. Love! 

Untuk halaman berumputnya, kami aplikasikan rumput gajah mini yang dibeli borongan dari tukang taman ga jauh dari rumah. Harganya lumayan miring. Sekitar Rp10.000 per meter. Tapi sebelum mengaplikasikan rumput tersebut, tanah di bagian bawahnya diremajakan dulu, supaya lebih segar dan lebih menyenangkan juga untuk tanaman rumputnya kelak. 

Ada sedikit sisa batu bata (yang juga teronggok di 'bak' belakang), itu dikeluarkan dan sebagiannya dimanfaatkan untuk menjadi bedding tanaman hias di sisi timur. Alur pejalan kaki dibuat agak meliuk, memisahkan teras rumah dengan halaman rumput, ditutup kerikil (yang lagi-lagi hasil bongkaran dari 'bak' belakang).

Sementara itu, beberapa pohon besar yang memang sudah ada, dibiarkan tetap pada tempatnya untuk menambah irama lanskap kebun sekaligus menjadi peneduh dan pabrik oksigen kala siang. 




Sisi Barat

Nah, di bagian barat, nuansanya lebih lapang, jadi fokus di beding-beding tanaman - horizontal dan vertikal, juga halaman rumput, dikombinasikan di atas bentang kebun yang agak membukit ke sisi utara. 

Secara umum, sisi ini dibagi dua bagian besar, yaitu sisi 'bukit' dan sisi 'dataran rendah'-nya. Jadi pengerjaannya juga dibagi dua supaya lebih enak ngerjainnya. Pertama, untuk bukit-bukitan, kita ambil barangkal dari sekitar. Batu-batuan dari dalam 'bak', kita bagi dua. Yang volumenya besar dijadiin penyangga bukit supaya ga longsor kalau tetiba hujan deras terus menerus. Yang volumenya kecil, dijadiin bedding tanaman yang yang dibuat letter L di sisi utara dan sisi barat bebukitan ini. Supaya ada volumenya, dan nuanasa alaminya semakin kental. 

Nah, kalau bedding yang di sisi timur tadi untuk tanaman hias, bedding di area bukit-bukitan ini dialokasikan untuk tanaman yang bisa diambil buahnya. Untuk melapisinya, masih memanfaatkan si rumput gajah mini supaya seragam dengan halaman rumput di sisi timur.

Ada pohon jambu tua, yang usianya entah sudah berapa dasawarsa. Mau ditebang sayang, memorinya terlalu banyak. Lagi pula, dia masih produktif memberikan buahnya untuk kami dan tetangga. Berlebih-lebih tak terhingga untuk usia tuanya. Jadi ya, dia tetap pada tempatnya. Merimbun, sekaligus menjadi penjadi penanda yang membuat batas tak kasat mata antara dua bagian sisi barat, atas dan bawah.

Di bagian mendatar di bawah, barulah kita buat beding besar dengan desain dua lingkaran besar, memanfaatkan batu bata sisa. Tidak ada satu pun yang baru. Hasilnya lumayan lah, cukup lucu dan menyenangkan pandangan. Nah, ini rencananya untuk tanaman-tanaman rendah. Mungkin sesayuran dan semacamnya. Rumput gajah mini tentu saja, tetap diaplikasikan. 

Memandang sekitar gudang, melirik sana sini, ternyata aku juga nemuin beberapa sisa kusen jendela tua, yang ga terpakai dan dibiarkan teronggok begitu saja. Ya sudahlah ya, dari pada terdiam ga berguna, jadinya dipoles ulang, dan dipasang di sisi tembok bagian barat dan utara. Menambah semarak kebun mininya Yume, dan bisa menjadi arena untuk menaruh pot tanaman gantung. 




Berapa total biaya yang dikeluarkan untuk semua ini? 

Karena banyak menggunakan bahan daur ulang, bahan-bahan tak terpakai yang memang sudah ada, tentu saja ongkosnya bisa ditekan sebanyak-banyaknya. Paling yang lumayan banyak menyedot adalah ongkos tukang selama 2 bulan. 😅😅

Buat Sobat Yume yang ingin atau sedang berikhtiar menghidupkan lagi kebun atau taman mininya, Yume doakan semoga lancar! Ga mudah, tapi menyenangkan sih haha. 

Dan buat Sobat Yume yang malah sudah selesai dengan proses ini, Yume terbuka banget loh kalau mau sharing di blog bersama ini.

Salam!

😘

Post a Comment