Malam semuanya. Di malam yang semakin kelam ini, di hari pertama website-nya Yume the Project ini meluncur, kita mau berbagi sedikit nih, tentang kisah awal-awal jelang kelahiran Yume. Moga berkenan, Yeorobun..😊



I'm getting emotional. The almost 2 months work has finally done! 

Huaaaaa! Campur aduk banget. Senang, lega, bahagia, bangga, waswas dan terharu juga.

Senang, karena akhirnya semua pengerjaan taman belakang (dan lain-lain) yang sudah menguras waktu, tenaga, pikiran juga biaya selama 2 bulan ini selesai, plus sesuai harapan, yeay! 

Lega, karena proses panjang yang - diakui atau tidak - kadang melelahkan itu selesai. Ga perlu lagi menghabiskan waktu, tenaga, pikiran juga biaya-biaya yang enggak sedikit itu. Jadi bakal ada tambahan waktu, tenaga dan pikiran untuk ngerjain rencana-rencana yang banyak tertunda selama 2 bulan ini. 

Semisal nih: ngelahap buku-buku yang sudah antri dengan manis di dalam rak buku, menunggu giliran dibaca. 

Semisal juga: melukis! (Hey, ini rencana udah dibikin dari sejak sebelum resign dulu, belum kesampaian juga!). Semisal lainnya: update blog (seperti yang dilakukan sekarang) juga update lagi youtube channel (sejak dirilis pada 2 Oktober, belum pernah upload-upload lagi karena bahkan ngerancang kontennya pun enggak sempat). 

So, kebayang kan betapa leganya pekerjaan yang kumandori hampir setiap hari ini akhirnya selesai juga. Alhamdulillah ya Allah.

Bahagia, karena hasilnya sesuai harapan. Even beyond expectation. Enggak kebayang, kebun belakang yang tadinya acak-acakan, berisi semak belukar, dan kadang jadi tempat persembunyian ular bisa secakep ini, lengkap dengan pergola ala-ala, kolam mini dan air 'terjun'nya, area rumput, gunung-gunungan dan bedding-bedding tanaman, dengan memanfaatkan bahan-bahan alam dan barang-barang bekas yang ada dan tanpa membabat habis tanaman-tanaman yang sudah ada sebelumnya. Sungguh bahagia. This trully is my style. Gue banget lah pokoknya. 😊



Bangga, karena akhirnya aku, ini, rencana ini, akhirnya bisa tiba juga di titik ini. Karena terus terang, ini tuh udah jadi rencana mimpi aku sejak 2 bulan sebelum betul-betul mundur dari pekerjaan formalku pada akhir Juli lalu. 

Ketika memutuskan untuk memasukan surat pengunduran diri saya ke pak bos pada akhir Mei lalu - atau ketika pandemi Covid-19 lagi hot-hotnya dan kondisi pasar sedang gumush-gumush-nya, di kepala langsung terbayang membuat si YUME ini. 

Mimpi -- kalau menggunakan istilah bahasa Jepang. 

Dan kebun mini ini menjadi jangkarnya, dengan kegiatan berkebun menjadi hulunya. So, ketika akhirnya di minggu ketiga November ini kebun ini bisa berdiri - dan sesuai harapan pula - mau enggak mau, rasa bangga itu sedikit menyembul di hati. Hehe.

Waswas, karena begitu tamannya sudah selesai dibangun dan sudah cakep, berhembus isu bahwa rumah kami bakal kena gusur buat proyekan perusahaan kereta api. 

Yep Yeorobun, PT KAI lagi ekspansif nih melakukan pengembangan di banyak stasiun eksisting, termasuk stasiun oldschool yang cuma sekelemparan batu dari rumah tempat kami tinggal dan pembangunan stasiun baru yang katanya untuk kereta api cepat penghubung Tanah Priangan dan Ibu Kota. 

Huhuhu, sad sih pas dengar info ini. Mana lokasi rumah kami ini betul-betul impian banget, dengan view yang juga impian. Di era disrupsi digital gini, di tengah hiruk pikuk dunia dan manusia yang saling berkejaran dengan entah apa, siapa coba yang masih punya view persawahan dengan indahnya sunset tepat di muka jendela kamar? Mungkin hanya segelintir. 

Ketika sadar menjadi bagian yang segelintir itu, tentu saja rasanya bersyukur. Dan ketika kabar kalau sawah sebelah rumah mau dibabat untuk proyekan stasiun dan bahkan rumah kami pun bakal kena gusur, rasanya kelu sampai ke ulu hati. Huhuhu. 

Apalah daya kami yang hanya rakyat biasa dibandingkan dengan rencana proyek strategis nasional-nya pemerintah.


Terakhir, terharu. Gimana enggak terharu, taman ini enggak akan berdiri kalau dalam prosesnya aku enggak disupport sama ibu dan dibantuin Mang Didin dan Mang Cecep, tukang dan laden, yang sudah bekerja keras mewujudkan keinginan aku ini. 

Selama hampir 2 bulan bekerja bareng, mau enggak mau bonding itu terbentuk. Apalagi kalau lihat attitude-nya Mang Didin dan Mang Cecep yang helpful dan pekerja keras, dengan tubuh yang kurus kering tetapi tetap sigap merespons ide-ide dan keinginan-keinginan aku, yang kadang-kadang ajaib. 

Rasanya aneh juga ketika tiba waktunya harus berhenti mempekerjakan mereka. Apalagi kelihatan juga kalau keduanya senang bekerja di sini. So, i'm so thankful and grateful towards them. Mudah-mudahan hidup mereka dikasih kecukupan dan kebaikan oleh yang Maha Hidup.


 
Sampai jumpa.


Post a Comment